Sabtu, 26 September 2009

MAKNA LEBARAN TAHUN 2009

Oleh: Sparta

Lebaran tahun 1430H ini yang jatuh hari minggu tanggal 20 September 2009 memang telah berlalu, namun bagi sebagian orang masih tetap belum usai. Hal ini karena masih banyak hal yang harus diperbuat dalam lebaran ini. Hiruk pikuk lebaran terutama suasana mudik mulai reda. Banyak hal yang dapat kita hayati dari kejadian dan suasan lebaran tahun ini. Peristiwa demi peristiwa yang terjadi menjelang, saat dan sesudah lebaran membuat kita merenungi makna lebaran kali ini dengan interprestasi yang berbeda. Lebaran dimaknai sebagai hari kemenangan bagi orang telah berpuasa selama satu bulan penuh. Lebaran dimaknai sebagai hari kegembiraan karena telah terlepas dari tekanan aturan ketat tentang puasa. Bagi orang memaknai puasa dengan cara ini adalah orang-oarang yang menggap pausa sebagai beban. Banyak makna yang dapat diambil dari hari lebaran tahun 2009 dan sebelum-belumnya.

Suasana lebaran tahun ini, bagi saya terasa lain.. tidak ada suasana deru kendaraan saya melintasi kesunyian jalan lintas Sumatera. Saya memang sangat hobi memnyetir mobil jarak jauh terutama ke Sumetara. Kesunyian jalan, canda anak-anak saya di dalam kendaraan selama perjalanan menuju tempat asal saya membuat keletiahan dan kejenuhan membawa kendaraan sepanjang 1500 km tidak terasa. Namun lebaran kali ini saya cukup di Jakarta aja..tidak kemana-kemana. Kami hanya mengunjungi saudara terdekat saja. Karena kesibukan, kadang-kdang saudara terdekat hanya bisa ketemu 3 s/d 6 bulan saja. Lebaran inilah puncak sirahturahmi itu terjalin. Terkadang dengan suadara kita hanya bisa ketemu satu kali setahun.

Ketidak hadirian kami berlebaran di tanah asal membuat saya tidak bertemu dengan orang yang telah melahirkan saya. Pupus sudah harapan orang tua dan saya untuk bisa bertemu muka di hari yang fitri tersebut. Sudah setahun beliau menunggu kedatangan saya. Meskipun di hari biasa saya pernah pulang, namun kepulangan saya di hari fitri sangatlah di tunggu oleh kedua orang tua dan saudara-saudara saya. Hari lebaran begitu besar maknanya bagi orang tua saya. Pada usia beliau saat ini, tentu saja selalu ada kekuatiran apakah lebaran tahun depan masih dapat mereka hadiri atau tidak. Kondisi ini menambah kenyakinan saya bahwa apa yang kita rencanakan tidaklah selalu akan dapat terwujud. Sebagai hamba Allah, kita hanya berusaha ke arah itu, segalanya apa yang terjadi hanya Allah lah yang maha kuasa mengaturnya.

Kembali ke suasana lebaran kali ini. Peristiwa besar yang terjadi seperti penangkapan gembong teroris, penetapan tersangka pinpinan KPK, penerbitan Perpu penggantian sementara pimpinan KPK, proses pergantian ketua Golkar dan sebagainya membuat kita bertanya ada apa ini semuanya? Ternyata lebaran tidak disikapi dengan sifat menahan diri..tidak peduli apakah susanan lebaran atau tidak..semuanya dianggap sama saja....

Pada suatu kali saya membaca ulasan makna lebaran di salah satu koran utama di negeri ini. Saya cukup terkejut juga. Lebaran dimaknai sebagai hari kesuksesan duniawi. Hari dimana mereka dapat menunjukkan siapa ia, sehingga publik bisa menilai mereka adalah orang yang patut diperhitungkan dan dihormati. bagi mereka, Nilai lebih di mata manusia lebih penting daripada nilai lebih dimata penciptanya. Atau mereka tidak tahu bahwa Allah maha melihat, maha tahu dan maha segalanya.

Suasana pasca lebaran, sesuai tradisi, acara halal bihalal akan mewarnai disetiap kelompok masyakarat, baik diperkantoran maupun dikelompok sosial lainnya. Acara halal bihalal ini kadang hanyalah bersifat seremonial saja. Hanya sekedar untuk bersalaman saja... dalam Islam acara halal bihalal ini memang tidak ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar