Selasa, 10 Maret 2009

Kenapa takut diambil

oleh Sparta

Suatu masa kita pasti akan mengalami apa yang kita miliki dan kita sayangi selama ini diambil oleh Allah.. Apabila ini terjadi ada dua hal sikap kita, pertama iklas karena semua milikNya dan kembali kepada Nya dengan mengucapkan Innallillahi Wainallilrajiun... kedua kita menganggap hal ini musibah dan cobaan berat yang kadang-kadang kita tidak pantas menerimanya. Kita suka menyalahkan pihak diluar kita. Sering kita tidak sadar apa yang kita miliki adalah hak kita bukan kewajiban. Padahal semua itu titipan. Cobalah kita renungkan puisi yang ditulis oleh WS Rendra sebagai berikut:

Anugerah Gusti Allah

Seringkali aku berkata,
Ketika orang memuji milikku,bahwa sesungguhnya ini hanya titipan
bahwa mobilku hanya titipanNya
bahwa rumahku hanya titipanNya
bahwa hartaku hanya titipanNya
bahwa putraku hanya titipanNya
Tetapi,mengapa aku tak pernah bertanya,
mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milikNya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
kusebut itu sebagai ujiankusebut sebagai petaka
kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa itu adalah derita
Ketika aku berdoa,
kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan, seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku
seolah keadilan dan kasihNya harus berjalan seperti matematika; aku rajin beribadah, maka
selayaknya derita menjauh dariku, dan nikmatdunia kerap menghampiriku
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, bukan kekasih
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku",
dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku
Gusti....Padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah..."Ketika langit bumi bersatu,
bencana dan keberuntungan sama saja"(WS.Rendra)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar