Rabu, 08 April 2009

SEKURITAS DERIVATIF: MADU ATAU RACUN?

oleh: Prof. Roy Sembel
Chief Research Officer, CAPITAL PRICE
(www.capitalprice. com)
Dekan Business School dan Direktur Program Pascasarjana, UPH

Si Polan datang dari kampung dan berlibur ke Jakarta . Sebelum pulang, ia mampir ke toko perkakas moderen untuk mencari kapak untuk pemotong dahan pohon. Maklumlah, di kampung si Polan memang harus memotong banyak dahan untuk kayu bakar. Penjaga toko menyarankan agar si Polan menggunakan gergaji listrik, bukannya kapak. Si Polan tertarik dan membeli gergaji tersebut. Belum sempat diperiksa kelengkapan perkakas dan ditunjukkan cara menggunakannya, si Polan sudah keburu pergi karena harus mengejar jadwal kereta api.Seminggu kemudian, si Polan terlihat kembali ke toko tersebut sambil marah-marah. Dicarinya si penjaga toko dan dimaki-makinya dengan suara lantang: â€�Beraninya kau menjual barang tak berguna ini kepada saya! Kau bilang dengan alat ini saya akan bisa memotong dahan pohon jauh lebih cepat dibanding kalau saya menggunakan kapak. Nyatanya, sudah berjam-jam saya coba, dahan pohon belum juga terpotong, malah alat ini keburu rusak.â€�â€�Sabar Pak! Mari kita periksa dulu di mana salahnya,â€� jawab si penjaga toko. â€�Coba tunjukkan gergaji listrik itu dan bagaimana Bapak menggunakannya!â€� Lanjut si penjaga toko.Dengan geram si Polan mengeluarkan perkakas barunya. â€�Ini dia perkakas yang kau jual kepada saya. Lihat, belum satu hari saya bacok-bacok perkakas ini ke dahan yang saya mau potong, besinya sudah patah patah!â€� Si Polan berbicara sambil menirukan gerak memotong dahan dengan cara membacokkan perkakas ke dahan. Sayangnya, perkakas yang dipegang bukan kapak, tetapi gergaji listrik! Lebih konyol lagi, ternyata di desa si Polan belum ada listrik.Mungkin pembaca menertawakan si Polan yang dianggap bodoh. Namun, jangan cepat tertawa dulu. Situasi serupa ternyata banyak terjadi di dunia investasi moderen. Instrumen canggih seperti sekuritas derivatif ternyata membawa banyak penderitaan kepada penggunanya karena kesalahan dalam proses penjualannya dan penggunaannya.Akibat kesalahan tersebut, banyak orang berpendapat bahwa sekuritas derivatif (SD) berbahaya seolah racun yang mematikan. Pasalnya, mereka banyak mendengar atau mengalami sendiri sisi negatif dari SD. Kenyataannya memang ada banyak contoh kasus yang terkenal menghebohkan dunia bisnis, misalnya kasus Bank Barings yang terlibas gara-gara Nick Leeson bermain api dengan sekuritas derivatif Indeks Futures Nikkei 225.Bahkan di tahun 1999, Hedge Fund Long-term Capital Management (LTCM), juga nyaris bangkrut. Padahal, LTCM dikelola oleh tim pakar derivatif, termasuk dua orang pemenang hadiah Nobel Ekonomi tahun 1997 yang karya besarnya adalah model penilaian sekuritas derivatif. Tahun 2007, ada lagi bank besar di Perancis yang merugi tujuh kali lipat dari kerugian Barings, akibat ulah karyawannya Jerome Kerviel bertransaksi derivatif melewati batas wewenangnya.Krisis finansial yang melanda dunia saat ini ditenggarai dipicu oleh instrumen derivatif bertingkat di pasar keuangan AS. Dampak negatif sekuritas derivatif terasa langsung di Indonesia tahun 2009 ini. Beberapa bank besar menghadapi kerugian potensial yang cukup besar akibat terlibat dalam transaksi derivatif valuta asing.Madu atau Racun?Jadi sebenarnya SD itu madu (bermanfaat membawa nilai tambah positif atau value creating) atau racun (membawa bencana, atau value destroying)? Madu atau racun, itu tergantung dari penggunaannya. Sebagai ilustrasi tambahan, sebuah kapak bisa menjadi berguna jika dimanfaatkan untuk memotong kayu bakar secukupnya sebagai sumber energi di desa. Sebaliknya, bila kapak itu dibawa ke kota besar, dicat warna merah, dan digunakan untuk merampok ponsel di perempatan yang padat, maka jelas kapak itu menjadi racun.Bila dikaji lebih lanjut, SD digunakan untuk 3 aktivitas bisnis: spekulasi, mesin uang (arbitrage), dan lindung nilai (hedging) atau manajemen risiko. Kata spekulasi sudah terlalu sering dibahas sebagai sesuatu yang pada dasarnya negatif. Padahal, spekulan pada dasarnya memainkan peranan penting dalam perekonomian. Berdasarkan hasil analisisnya, spekulan akan membeli (mengambil posisi long dalam transaksi finansial) bila harga dirasa terlalu rendah, dan menjual bila harga dirasa terlalu tinggi. Adanya aksi jual-beli oleh para spekulan ini membuat harga cenderung kembali pada nilai wajarnya.Harga yang mencerminkan nilai wajar sangatlah penting dalam perekonomian berbasis pasar. Dalam ekonomi pasar, harga berfungsi sebagai sinyal kelangkaan atau keberlimpahan. Bila mekanisme harga berjalan baik, harga akan relatif tinggi (rendah) bila terjadi kelangkaan (keberlimpahan) . Para pelaku ekonomi akan menyesuaikan alokasi sumberdayanya mengikuti sinyal-sinyal tersebut dengan cara mengurangi (memperbanyak) penggunaan sumberdaya yang langka (berlimpah). Dengan demikian, alokasi sumberdaya dalam perekonomian secara keseluruhan menjadi optimal.Bila harga tidak mencerminkan nilai wajarnya, alokasi sumberdaya dalam perekonomian akan menjadi tidak optimal. Tanpa ada spekulan yang berani membeli (menjual) pada saat harga terlalu murah (mahal), sulit bagi harga untuk segera bergerak menuju nilai wajarnya. Jadi, demikian menurut analisis Milton Friedman â€"juga pemenang Nobel Ekonomi-, spekulan berperan penting dalam ekonomi pasar.Namun tentu saja, ada kalanya terjadi ekses spekulasi. Misalnya saja, kalau harga sudah konvergen dan stabil pada nilai wajarnya, spekulan yang buruk akan uring-uringan tak punya kegiatan dan akibatnya akan sengaja meniupkan isu-isu bohong agar harga bergejolak. Tindakan ekses spekulasi ini tentu saja berdampak negatif bagi perekonomian. Jadi dari sisi spekulasi, SD bisa menjadi madu dan racun. Skor sementara madu vs racun, 1-1.Mesin uang (arbitrage) terjadi bila ada satu produk sejenis diperdagangkan pada dua pasar berbeda dengan harga yang berbeda. Dengan menggunakan SD, arbitrager bisa melakukan aksi beli murah dan jual mahal sehingga pasti untung. Transaksi seperti inilah (arbitrage jual-beli SD Index Futures Nikkei 225 di dua pasar berbeda yaitu SIMEX dan OSE), yang sebenarnya diizinkan untuk dilakukan oleh Leeson di Barings. Namun berhubung situasi kesenjangan harga jarang terjadi, maka Leeson yang kurang sabar melakukan transaksi yang berupa spekulasi yang berlebihan, bukannya mesin uang. Spekulasi berlebih inilah yang menjadi salah satu sumber kejatuhan Barings.Berbeda dengan spekulasi, transaksi mesin uang relatif aman dan menghasilkan untung besar, serta menghilangkan kesenjangan harga sehingga membuat harga kembali ke tingkat wajar pada kedua pasar. Jadi, dari sisi mesin uang, SD adalah madu. Skor menjadi 2-1 untuk madu.Berikutnya, SD bisa digunakan untuk lindung nilai (hedging) atau manajemen risiko. Aktivitas ini tentu sangat bermanfaat untuk mengurangi risiko pebisnis sehingga dari sisi ini SD adalah madu. Jadi, skor akhirnya adalah 3-1 untuk madu!Kesimpulannya, SD bisa menjadi madu atau racun, namun secara keseluruhan sebenarnya lebih dominan madu-nya ketimbang racun-nya. Jadi kita jangan terburu menistakan SD. Jangan sampai gara-gara buruk muka, cermin dibelah. Yang penting adalah bagaimana kita bisa mengurangi sisi racun-nya dan memaksimalkan sisi madu-nya. Untuk itu, kita bisa mengambil pelajaran dari ilustrasi sederhana tentang si Polan yang menggunakan gergaji listrik seolah kapak tradisional.Situasi dan profil investor (kebutuhan / tujuan investasi, kemauan / kemampuan menanggung risiko, dan tingkat pengetahuan terhadap isntrumen investasi yang ditawarkan) sangat penting dipahami sebelum merekomendasikan SD kepada investor. Si penjual harus memahami betul instrumen yang dijualnya dan situasi lingkungan investasi yang sedang terjadi. Perlu diadakan dan ditegakkan aturan sertifikasi kompetensi dan integritas (etika profesional) dari penjual produk investasi, terutama untuk instrumen investasi yang canggih.Di sisi lain, investor pengguna SD harus benar-benar memahami potensi risiko dan berhitung dengan cermat sebelum berinvestasi. Hindari membeli kucing dalam karung. Kecocokan antara ketiga pilar ini (karakteristik investor, karakteristik instrumen investasi, dan situasi lingkungan investasi) sangat penting untuk mendukung realisasi penciptaan nilai dari investasi.*)

CAPITAL PRICE (www.capitalprice. com, Research Center for Capital Market, Portfolio Investment, Corporate Finance, and Economics) adalah sebuah lembaga riset finansial di bawah PT MARS Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar